Tasikmalaya – Selama dua hari, Jumat dan Sabtu, 9–10 Mei 2025, Universitas Bakti Tunas Husada (UBTH) menggelar kegiatan Pendidikan Bela Negara bekerja sama dengan Dewan Pimpinan Daerah Forum Bela Negara Republik Indonesia (DPD FBN RI) Kota Tasikmalaya. Kegiatan ini menjadi ruang aktualisasi nilai kebangsaan sekaligus penguatan karakter mahasiswa menghadapi tantangan zaman.

Dengan tema “Menjaga Budaya, Melawan Proxy War”, para peserta diajak mengenali bentuk-bentuk ancaman non-militer yang menggerogoti identitas bangsa. Kegiatan berlangsung di aula kampus UBTH dan diikuti oleh mahasiswa dari berbagai lintas program studi.

Ketua DPD FBN RI Kota Tasikmalaya menyampaikan bahwa tantangan bela negara kini telah bergeser dari ancaman fisik ke arah infiltrasi budaya dan informasi. “Hari ini, perang tak lagi menggunakan senjata, melainkan media sosial, gaya hidup, dan narasi yang mengikis rasa kebangsaan,” ujarnya.

Ia menekankan pentingnya generasi muda memahami konsep bela negara secara utuh, tidak hanya dalam konteks militeristik, tetapi juga melalui sikap kritis, cinta budaya lokal, dan kesadaran terhadap ancaman disinformasi.

Rektor Universitas BTH, Prof. Dr. Ruswanto, M.Si., dalam sambutannya menyatakan bahwa kegiatan seperti ini sangat penting sebagai bagian dari proses pendidikan karakter. “Kampus bukan hanya tempat mencetak lulusan yang kompeten, tapi juga yang berintegritas dan memiliki semangat kebangsaan yang kuat,” tuturnya.

Dalam sesi-sesi yang berlangsung interaktif, mahasiswa tidak hanya menyimak, tetapi juga terlibat dalam diskusi, studi kasus, dan refleksi bersama. Mereka belajar mengenali tanda-tanda proxy war di sekitar mereka, serta bagaimana bersikap sebagai bagian dari solusi.

Kegiatan ini ditutup dengan penandatanganan deklarasi bela negara oleh seluruh peserta, sebagai bentuk komitmen untuk menjaga keutuhan NKRI, menjunjung toleransi, dan melestarikan budaya bangsa.

UBTH berharap kegiatan ini tidak berhenti sebagai seremoni, melainkan menjadi langkah awal terbentuknya generasi muda yang tangguh, sadar akan jati diri, dan mampu menjadi penjaga nilai-nilai keindonesiaan di tengah gempuran globalisasi.5dSee translation